PERTANYAAN: Bagaimana hukumnya orang
yang mencintai seorang alim atau dai, dengan mengatakan: Sesungguhnya
saya sangat mencintai beliau, oleh karena itu saya tidak suka mendengar
bantahan yang ditujukan kepadanya dari siapapun, dan saya ambil
ucapan-ucapannya sekalipun menyelisihi dalil, karena syaikh (orang alim)
ini lebih tahu tentang dalil daripada saya?
JAWABAN:
Ini adalah ta’ashshub yang sangat dibenci dan tercela, maka hal semacam ini tidak boleh.
✳ Alhamdulillah, kami mencintai para
ulama dan para dai di jalan Allah ta’ala, akan tetapi apabila salah
seorang diantara mereka melakukan kesalahan dalam suatu perkara, maka
tentunya kami menjelaskan kebenaran dalam perkara tersebut dengan dalil,
tanpa mengurangi kecintaan dan kedudukannya.
al-Imam Malik pernah berkata : “Seuruh
ucapan bisa diambil dan ditolak kecuali pemilik kubur ini (yaitu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).
Apabila kami membantah sebagian ahlul
ilmi (Ulama) dan sebagian orang yang memiliki keutamaan bukan berarti
kami membenci dan merendahkannya, akan tetapi kami hanyalah menjelaskan
kebenaran semata.
✔ Oleh karena itu sebagian ulama ketika
(mereka membantah) teman-temannya yang memiliki kesalahan, mengatakan,
“Fulan adalah kekasih kami, akan tetapi kebenaran (al-haq) lebih aku
cintai daripadanya. Inilah cara yang benar.
Maka janganlah kalian pahami bahwa
membantah kesalahan-kesalahan beberapa ulama itu artinya membenci atau
merendahkannya. Bahkan para ulama terus menerus sebagian mereka
membantah sebagian yang lain, akan tetapi mereka tetap bersaudara dan
saling mencintai.
Kita tidak boleh mengambil seluruh
perkataan seseorang dengan membabi buta, baik yang benar ataupun yang
salah, karena ini merupakan sikap fanatik (ta’ashshub) yang amat
dibenci.
☑ Orang yang boleh diambil seluruh
perkataannya dan tidak boleh ditinggalkan sedikitpun adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, karena beliau adalah orang yang
menyampaikan dari Rabb-Nya, beliau tidak berbicara dengan hawa nafsunya.
Adapun selain beliau, maka terkadang bisa salah dan benar, sekalipun
mereka itu orang-orang yang paling utama, para mujtahid (ahli ijtihad);
mereka itu semuanya bisa salah dan bisa benar, tidak ada seorang pun
yang bebas dari kesalahan selain Rasulullaah shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﻨﺼﻴﺤﺔ. ﻗﻠﻨﺎ:ﻟﻤﻦ؟ ﻗﺎﻝ ﻟﻠﻪ، ﻭﻟﻜﺘﺎﺑﻪ، ﻭﻟﺮﺳﻮﻟﻪ، ﻭﻷﺋﻤﺔﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻭﻋﺎﻣﺘﻬﻢ
“Agama itu nasehat” kami (para shahabat)
bertanya; “Untuk siapa nasehat itu?” Beliau menjawab, “Untuk Allah,
Kitab Nya, Rasul- Nya, serta para imam kaum muslimin dan juga untuk kaum
muslimin secara umum”.
Menjelaskan kesalahan itu adalah bagian
dari nasehat bagi umat seluruhnya. Adapun menyembunyikannya adalah
menyelisihi prinsip nasehat.
Sumber: al-Ajwibah al-Mufidah ‘an As-ilah al-Manahij al-Jadidah, soal no. 60, hlm. 120-121.
Alih Bahasa: Abu Utbah Miqdad hafizhahullaah.
WA Forum Riyadhul Jannah Wonogiri.
http://salafy.or.id/blog/2015/01/29/tinggalkan-sikap-taashshub-walaupun-kepada-guru-yang-kamu-cintai/
0 komentar:
Posting Komentar